WikiLeaks Ungkap Ketegangan China-Korut


BEIJING (SINDO) – Dokumen-dokumen rahasia yang dipublikasikan WikiLeaks mengungkap ke-tegangan yang kian memburuk antara China dan aliansi dekatnya, Korea Utara (Korut).

Sebuah kawat diplomatik yang dikirim Kedutaan Besar (kedubes) Amerika Serikat (AS) di China ke Departemen Luar Negeri di Washington mengungkap bahwa seorang wakil menteri luar negeri (menlu) China secara pribadi mengeluhkan perilaku Korut yang seperti anak manja yang ingin terus mendapat perhatian orang dewasa, yakni Paman Sam. “Korut lebih tertarik berbicara dengan AS secara langsung,” ungkap diplomat China tersebut.

Konteks percakapan pada April 2009 itu adalah saat Korut meluncurkan sebuah roket di atas wilayah Jepang menuju Samudera Pasifik. Merujuk pada aliansi mereka, Korut,wakil menlu China itu dikutip saat mengatakan,“Kami mungkin tidak seperti mereka, tapi mereka negara tetangga kami.” Selain itu, pejabat China juga terus meragukan manfaat bersekutu dengan Korut dan akan mendukung reunifikasi Semenanjung Korea jika negara komunis itu kolaps.

Dalam sebuah pertemuan di Kazakhstan,kepada Duta Besar AS Richard Hoagland, Duta Besar China Cheng Guoping menuturkan, negaranya mengharapkan adanya reunifikasi damai dalam jangka panjang.Namun, memperkirakan kedua Korea akan tetap terpisah dalam jangka pendek. Menurut Cheng, tujuan China di Korut adalah memastikan bahwa negara komunis itu menghormati komitmen mereka terhadap non-proliferasi nuklir,mempertahankan stabilitas, dan tidak membuat pemimpin Korut Kim Jong-il mengamuk.

Ini merupakan rahasia menarik yang terbongkar, tapi ini jelas informasi baru, paling tidak bagi para pengamat Korea dan China. Publik telah mendengar sejumlah karakter pemikiran China dalam beberapa bulan terakhir dari para diplomat Barat yang menggambarkan Beijing frustrasi dengan Korut. Dokumen yang bocor ke WikiLeaks ini jelas mengonfirmasi kondisi tersebut. Rasa frustrasi China terhadap Korut itu telah terungkap secara terbuka dalam beberapa kesempatan.

Saat Korut melakukan tes nuklir pada 2009,China berselisih dengan Korut dan mendukung Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) untuk memberlakukan sanksi terhadap Pyongyang. Padahal sebelumnya, China yang memiliki hak veto sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dengan mudah selalu menolak resolusi semacam itu. Dengan dokumen yang terungkap di WikiLeaks, pejabat China mungkin mendapati kecanggungan dalam menjalin hubungan dengan Korut.

Namun, kawat diplomatik itu mungkin bukan sesuatu yang baru atau mengejutkan bagi Pyongyang. Barangkali, China memang telah mengajukan secara langsung sikap frustrasinya terhadap Korut. Pada saat yang sama, China mungkin tidak berpikir bahwa negaranegara lain tahu bahwa mereka tidak buta terhadap perilaku Korut. Faktanya, Beijing merasa frustrasi seperti banyak pihak lainnya, dalam mencari solusi krisis Korea.

 
Design by Blogger | New Cars Company